Detyclaluceria
Senin, 23 September 2013
Rabu, 09 Januari 2013
tata surya
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pernahkah anda bayangkan betapa
luas alam semesta tempat kita tinggal? Mungkin anda memang belum
banyak tahu tentang hal itu. Kalaupun pernah, anda tentu masih
sangat sulit membayangkan betapa besar ukuran alam semesta ini. Akan kami
terangkan seberapa besar alam semesta ini dengan menggunakan suatu contoh.
Seberapa jauhkah
jarak yang dapat anda bayangkan? Jarak antara batas kota tempat anda tinggal mungkin
tampak begitu besar bagi anda. Anggap saja anda sedang melintasi seluruh jalan-jalan di kotamu, dari
timur ke barat, dan kamu akan terkagum-kagum oleh keluasannya. Mungkin diantara
kalian ada yang pernah bepergian ke kota lain yang jauh jaraknya. Tapi, camkan
satu hal! Meskipun andakamu pergi mengelilingi dunia, tetap saja masih sulit
untuk membantu anda membayangkan betapa luas alam semesta ini. Karena ukuran
bumi hanyalah sebesar debu jika dibandingkan dengan ukuran alam semesta yang
teramat sangat luas ini.
Mungkin anda terkejut, tapi
memang itu kenyataannya; planet bumi hanyalah sebutir debu jika dibandingkan
dengan luas seluruh alam semesta.
Alam semesta terus
mengembang dan perlahan-lahan mulai mendingin. Pada tahap ini, inti atom
hidrogen, helium dan litium mulai membentuk. Tahap selanjutnya alam semesta
mulai memasuki tahap suhu yang cukup dingin sehingga partikel-partikel elektron
yang bermuatan negatif dapat berkait dan menyatu dengan inti-inti atom hidrogen
dan helium yang bermuatan positif untuk kemudian membentuk atom-atom yang
netral.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Terbentuknya Alam
Semesta
1. Teori Ledakan
Besar (Big-Bang Theory)
Teori Big Bang yaitu teori yang bisa diterima secara
ilmiah sekarang untuk menjelaskan asal mula terbentuknya alam semesta
(universe).Teori ini berbunyi:
“ Alam semesta diciptakan kira-kira 15.000.000.000 (lima
belas trilyun) tahun yang lalu,kejadiannya berawal dari meledaknya atom prima
atau atom awal (Primeval Atom). Ledakan itu sangat besar dan dasyat yang menyebabkan
berhamburannya seluruh isi (Materi dan energi)atom prima itu ke segala arah.”
Dengan dasar teori Big Bang itu, para ahli sekarang
berhasil mereka ulang pembentukan alam semesta dari waktu ke waktu, dimulai
dari pristiwa Big Bang bahkan saat ini mereka dapat memperkirakan bagaimana
bentuk alam semesta ini beberapa abad nanti, contohnya jika Galaksi Bimasakti (Milkyway) tempat kita berpijak dan galaksi tetangga
yang paling dekat yaitu Galaksi Andromeda akan saling bergerak mendekat dan suatu saat mereka akan
bertabrakan.
Setelah terjadinya
ledakan (big Bang), terjadilah semacam bencana alam semesta (cosmic cataclysm).
Alam semesta dipenuhi oleh bola-bola api yang sangat panas dan padat. Dari
bola-bola api inilah kemudian terbentuk partikel-partikel dasar dan
muatan-muatan energi, dari muatan-muatan energi ini kemudian terbentuk
daya-daya kekuatan di alam semesta. Daya kekuatan alam
yang diperkirakan pertama kali terbentuk adalah daya gravitasi, kemudian daya
nuklir serta daya electromagnetis.
Partikel-partikel
dasar yaitu elektron, photon, neutron dan lain-lain saling bertubrukan untuk
kemudian membentuk proton dan neutron. Selama masa ini sebagian besar energi
masih berbentuk radiasi (percikan-percikan cahaya dari bola-bola api).
Alam semesta terus
mengembang dan perlahan-lahan mulai mendingin. Pada tahap ini, inti atom
hidrogen, helium dan litium mulai membentuk. Tahap selanjutnya alam semesta
mulai memasuki tahap suhu yang cukup dingin sehingga partikel-partikel elektron
yang bermuatan negatif dapat berkait dan menyatu dengan inti-inti atom hidrogen
dan helium yang bermuatan positif untuk kemudian membentuk atom-atom yang
netral.
Karena alam
semesta terus membesar, kepadatannya otomatis semakin berkurang dan suhunya
juga semakin mendingin. Proses pengembangan alam semesta terus berlanjut dengan
tingkat kecepatan yang tinggi. Daya gravitasi mulai mempengaruhi tingkat
kepadatan gas-gas yang terbentuk akibat Big
Bang, sehingga menciptakan gumpalan-gumpalan awan gas.
Saat
gumpalan-gumpalan ini semakin memadat, inti gumpalan gas tersebut juga
bertambah padat berlipat-lipat dengan suhu yang juga terus meningkat panas
sampai akhirnya menyala sebagai bentuk awal sebuah bintang. Saat semua
kantong-kantong gas mengalami proses serupa maka kelompok bintang-bintang muda
ini membentuk menjadi sebuah gugusan bintang (galaksi). Seluruh proses di atas,
dari Big Bang hingga terbentuknya planet, bintang serta galaksi berlangsung
dalam kurun waktu milyaran tahun.Seperti halnya proses pembentukan
bintang-bintang yang lain, bintang kita, yang kita kenal dengan nama Matahati
(sun) juga terbentuk dari gumpalan atau kantong awan gas.
Gumpalan awan gas
yang berbentuk piringan yang sangat luas ini beterbangan berputar-putar. Bagian
tengahnya mulai padat dan memanas untuk kemudian menyala menjadi bintang
sementara materi sisa disekelilingnya saling bertumbukan, menyatu dan
menggumpal membentuk planet-planet, bulan-bulan dan asteroid. Bumi yang
merupakan bagian kecil dari material yang menggumpal ini menjadi planet ke
tiga. Dengan suhunya yang relatif lebih dingin, memungkinkan terbentuknya
atmosfer pendukung kehidupan.
Teori Big Bang ini
diajukan oleh Georges Lemaitre pada tahun 1927, dia adalah seorang pendeta sekaligus
ahli matematika dari Belgia.
Bertahun-tahun
kemudian, Edwin Hubble menetapkan teori bahwa : Galaksi-galaksi di alam semesta
ini semuanya bergerak menjauhi pusat alam semesta dengan kecepatan yang sangat
tinggi atau dapat dikatakan bahwa alam semesta ini mengembang kesegala arah.
Apa yang dikemukakan Hubble ini menguatkan teori Big Bang-nya Lemaitre.
Teori Big Bang
juga memprediksikan bahwa ledakan Big Bang telah meninggalkan seberkas cahaya
radiasi ("background" radiation) dan pada tahun 1964, Arno Penzias
dan Robert Wilson berhasil menemukan radiasi pertama ini, persis seperti yang
diprediksikan dalam teori Big Bang.
4. Terbentuknya
Materi Padat
Setelah big bang
sampai 300.000 tahun kemudian, bentuk materi masih berupa gas. Dari
gumpalan-gumpalan gas ini selanjutnya bintang-bintang berukuran sangat besar
mulai terbentuk tetapi hanya berusia pendek karena kemudian meledak
(supernova). Setelah meledak gas-gasnya menggumpal lagi, menjadi padat,
kemudian menyala dan terbentuk bintang-bintang lagi yang berukuran lebih kecil,
meledak kembali,
demikian terus menerus untuk beberapa kali sampai akhirnya terbentuk
materi-materi berat di inti bintang-bintang yang meledak. Materi-materi padat
inilah yang kemudian membentuk benda-benda di alam semesta seperti yang
sekarang ini seperti planet-planet dll bahkan unsur-unsur pembentuk tubuh kita
sebagian besar dari materi-materi berat ini.
Jadi,
materi-materi padat dibentuk di dalam inti bintang melalui proses fusi nuklir
(peleburan / penyatuan materi nuklir) dan dimulai dari materi-materi ringan
seperti hidrogen dan helium. Sementara materi-materi yang lebih berat seperti
karbon, oksigen, nitrogen hingga besi dibentuk di dalam inti bintang karena
memang suhu dan tekanannya lebih memungkinkan. Materi-materi ini terlempar ke
luar angkasa saat bintang-bintang tersebut meledak.
B. Hipotesis
“Keadaan-Stabil”
Teori Dentuman
Besar dengan cepat diterima luas oleh dunia ilmiah karena bukti-bukti yang
jelas. Namun, para ahli astronomi yang memihak materialisme dan setia pada
gagasan alam semesta tanpa batas yang dituntut paham ini menentang Dentuman
Besar dalam usaha mereka mempertahankan doktrin fundamental ideologi mereka.
Alasan mereka dijelaskan oleh ahli astronomi Inggris, Arthur Eddington, yang
berkata, “Secara filosofis, pendapat tentang permulaan yang tiba-tiba dari
keter-aturan alam sekarang ini bertentangan denganku.
Ahli astronomi
lain yang menentang teori Dentuman Besar adalah Fred Hoyle. Sekitar pertengahan
abad ke-20 dia mengemukakan sebuah model baru yang disebutnya “keadaan-stabil”,
yang tak lebih suatu per-panjangan gagasan abad ke-19 tentang alam semesta
tanpa batas. Dengan menerima bukti-bukti yang tidak bisa disangkal bahwa jagat
raya mengembang, dia berpendapat bahwa alam semesta tak terbatas, baik dalam
dimensi maupun waktu. Menurut model ini, ketika jagat raya mengembang, materi
baru terus-menerus muncul dengan sendirinya dalam jumlah yang tepat sehingga
alam semesta tetap berada dalam “keadaan-stabil”.
Dengan satu tujuan
jelas mendukung dogma “materi sudah ada sejak waktu tak terbatas”, yang
merupakan basis filsafat mate-rialis, teori ini mutlak bertentangan dengan
“teori Dentuman Besar”, yang menyatakan bahwa alam semesta mempunyai permulaan.
Pendukung teori keadaan-stabil Hoyle tetap berkeras menentang Dentuman Besar
selama bertahun-tahun. Namun, sains menyangkal mereka.
Teori-Teori Pembentukan Tata Surya Menurut Para Ahli :
1.
Hipotesis Nebula
Hipotesis Nebula pertama kali ditemukan oleh Emanuel
Swedenborg tahun (1688-1772), tahun 1734 dan di sempurnakan oleh Emanuel Kant
(1724-1804) pada tahun 1775. Hipotesis serupa juga dikembangkan oleh Pierre
Marquis de Laplace secara independen pada tahun 1976. Hipotesis ini yang lebih
dikenal dengan Hipotesis Nebula Kant-Laplace, menyebutkan bahwa pada tahap
awal, tata surya masih berupa kabut raksasa.
Kabut ini terbentuk dari debu, es, dan gas yang disebut
nebula, dan unsurgas yang sebagian besar hidrogen. Daya gravitasi yang
dimilikinya menyebabkan kabut itu menyusut dan berputar dengan arah tertentu,
suhu kabut memanas, dan akhirnya menjadi bintang raksasa (matahari). Matahari
raksasa terus menyusut dan berputar semakin cepat, dan cincin-cincin gas dan es
terlontar ke sekeliling matahari. Akibat gaya gravitasi, gas-gas tersebut
memadat seiring dengan penurunan suhunya dan membentuk planet dalam dan planet
luar. Laplace berpendapat bahwa orbit terbentuk hampir melingkar dari
planet-planet merupakan konsekuensi dari pembentukan mereka.
2.
Hipotesis
Planetisimal
Hipotesis Planetisimal pertama kali dikemukakan oleh
Thomas C. Chamberlin dan Forest R. Moulton pada tahun 1900. Hipotesis
Planetisimal mengatakan bahwa tata surya kita terbentuk akibat adanya bintang
lain yang lewat cukup dekat dengan matahari, pada masa awal pembentukan
matahari. Kedekatan tersebut menyebabkan terjadinya tonjolan pada permukaan
matahari. Dan bersama proses internal matahari.
Menarik materi berulang kali dari matahari. Efek
gravitasi bintang mengakibatkan terbentuknya dua lengan spiral yang memanjang
dari matahari. Sementara sebagian besar materi tertarik kembali, sebagian lain
akan akan tetap di orbit, mendingin dan
memadat, dan menjadi benda-benda yang berukuran kecil dan mereka sebut
planetisimal dan beberapa yang besar sebagai protoplanet. Objek-objek tersebut
tertabrakan dari waktu ke waktu dan membentuk planet dan bulan, sementara
sisa-sisa materi lainya menjadi komet dan asteroid.
3.
Hipotesis pasang
surut bintang
Hipotesis pasang surut bintang
pertama kali dikemukakan oleh James Jeans pada tahun 1917. Planet dianggap
terbentuk karena mendekatnya bintang lain kepada matahari. Keadaan yang hampir
bertabrakan menyebabkan tertariknya sejumlah besar materi dari matahari dan
bintang lain tersebut oleh gaya pasang surut bersama mereka, yang kemudian
terkondensasi menjadi planet.
Namun astronom Harold Jeffreys
tahun 1929 membantah bahwa tabrakan yang sedemikian itu hampir tidak mungkin
terjadi. Demikian pula astronom Henry Norris Russell mengemukakan keberatannya
atas hipotesis tersebut.
4.
Hipotesis
Kondensasi
Hipotesis kondensasi mulanya
dikemukakan oleh astronom Belanda yang bernama G.P. Kuiper (1905-1973) pada
tahun 1950. Hipotesis kondensasi menjelaskan bahwa Tata Surya terbentuk dari
bola kabut raksasa yang berputar membentuk cakram raksasa.
5.
Hipotesis bintang
kembar
Hipotesis bintang kembar
awalnya dikemukakan oleh Fred Hoyle (1915-2001) pada tahun 1956. Hipotesis
mengemukakan bahwa dahulunya Tata Surya kita berupa dua bintang yang hampir
sama ukurannya dan berdekatan yang salah satunya meledak meninggalkan
serpihan-serpihan kecil. Serpihan itu terperangkap oleh gravitasi bintang yang
tidak meledak dan mulai mengelilinginya.
C. Evolusi Alam
Semesta
Naluri manusia
selalu ingin mengetahui asal usul sesuatu, termasuk asal-usul alam semesta.
Berbagai hasil pengamatan dianalisis dengan dukungan teori-teori fisika untuk
mengungkapkan asal-usul alam semesta. Teori yang kini diyakini bukti-buktinya
menyatakan bahwa alam semesta ini bermula dari ledakan besar (Big Bang) sekitar
13,7 milyar tahun yang lalu. Semua materi dan energi yang kini ada di alam
terkumpul dalam satu titik tak berdimensi yang berkerapatan tak berhingga.
Tetapi ini jangan dibayangkan seolah olah titik itu berada di suatu tempat di
alam yang kita kenal sekarang ini. Yang benar, baik materi, energi, maupun
ruang yang ditempatinya seluruhnya bervolume amat kecil, hanya satu titik tak
berdimensi.
Tidak ada suatu
titik pun di alam semesta yang dapat dianggap sebagai pusat ledakan. Dengan
kata lain ledakan besar alam semesta tidak seperti ledakan bom yang meledak
dari satu titik ke segenap penjuru. Hal ini karena pada hakekatnya seluruh alam
turut serta dalam ledakan itu. Lebih tepatnya,
seluruh alam semesta mengembang tiba tiba secara serentak. Ketika itulah
mulainya terbentuk materi, ruang, dan waktu.
Materi alam
semesta yang pertama terbentuk adalah hidrogen yang menjadi bahan dasar bintang
dan galaksi generasi pertama. Dari reaksi fusi nuklir di dalam bintang
terbentuklah unsur-unsur berat seperti karbon, oksigen, nitrogen, dan besi.
Kandungan unsur-unsur berat dalam komposisi materi bintang merupakan salah satu
"akte" lahir bintang. Bintang-bintang yang mengandung banyak unsur
berat berarti bintang itu "generasi muda" yang memanfaatkan
materi-materi sisa ledakan bintang-bintang tua. Materi pembentuk bumi pun
diyakini berasal dari debu dan gas antar bintang yang berasal dari ledakan
bintang di masa lalu. Jadi, seisi alam ini memang berasal dari satu kesatuan.
Bukti-bukti
pengamatan menunjukkan bahwa alam semesta mengembang. Spektrum galaksi galaksi
yang jauh sebagian besar menunjukkan bergeser ke arah merah yang dikenal
sebagai red shift (panjang gelombangnya bertambah karena alam mengembang). Ini
merupakan petunjuk bahwa galaksi galaksi itu saling menjauh. Sebenarnya yang
terjadi adalah pengembangan ruang. Galaksi galaksi itu (dalam ukuran alam
semesta hanya dianggap seperti partikel partikel) dapat dikatakan menempati
kedudukan yang tetap dalam ruang, dan ruang itu sendiri yang sedang
berekspansi. Kita tidak mengenal adanya ruang di luar alam ini. Oleh karenanya
kita tidak bisa menanyakan ada apa di luar semesta ini.
Secara sederhana, keadaan awal alam semesta dan pengembangannya itu dapat
diilustrasikan dengan pembuatan roti. Materi pembentuk roti itu semula
terkumpul dalam gumpalan kecil. Kemudian mulai mengembang. Dengan kata lain
"ruang" roti sedang mengembang. Butir butir partikel di dalam roti
itu (analog dengan galaksi di alam semesta) saling menjauh sejalan dengan
pengembangan roti itu (analog dengan alam).
Dalam ilustrasi
tersebut, kita berada di salah satu partikel di dalam roti itu. Di luar roti,
kita tidak mengenal adanya ruang lain, karena pengetahuan kita, yang berada di
dalam roti itu, terbatas hanya pada ruang roti itu sendiri. Demikian pulalah,
kita tidak mengenal alam fisik lain di luar dimensi "ruang waktu"
yang kita kenal.
Bukti lain adanya
pengembangan alam semesta di peroleh dari pengamatan radio astronomi. Radiasi
yang terpancar pada saat awal pembentukan itu masih berupa cahaya. Namun karena
alam semesta terus mengembang, panjang gelombang radiasi itu pun makin panjang,
menjadi gelombang radio. Kini radiasi awal itu dikenal sebagai radiasi latar
belakang kosmik (cosmic background radiation) yang dapat dideteksi dengan
teleskop radio.
D. Galaksi
Berdasarkan
Hipotesis Fowler, galaksi berawal dari suatu kabut gas pijar dengan massa yang
sangat besar. Kabut ini kemudian mengadakan kontraksi dan kondensasi sambil
terus berputar pada sumbunya. Ada massa yang tertinggal, yakni pada bagian luar
dari kabut pijar tadi. Massa itu juga mengadakan kontraksi dan kondensasi maka
terbentuklah gumpalan gas pijar yaitu bintang-bintang. Bagi yang bermassa besar
masih berupa kabut bintang. Dengan cara yang sama, bagian luar bintang yang
tertinggal juga mengadakan kondensasi sehingga terbentuklah planet. Demikian
juga bagian planet membentuk satelit bulan.
Bima
Sakti atau Milky Way, berbentuk seperti kue cucur. Matahari kita terletak kira-kira pada jarak 2/3, dihitung
dari pusat galaksi itu sampai ke tepiannya.
Tata surya terdiri
dari matahari sebagai pusat, benda-benda lain seperti planet, satelit,
meteor-meteor, komet-komet, debu dan gas antarplanet beredar mengelilinginya.
Teori-teori yang mendukung terbentuknya tata surya, antara lain Hipotesis
Nebular, Hipotesis Planettesimal, Teori Tidal, Teori Bintang Kembar, Teori
Creatio Continua dan Teori G.P. Kuiper.
E. Susunan Tata
Surya
Matahari kita
dikelilingi oleh sembilan planet. Empat buah yang dekat dengan Matahari disebut
planet dalam, yaitu Merkurius, Venus, Bumi dan Mars. Lima lainnya yang disebut
planet luar berada relatif jauh dengan Matahari dan umumnya besar-besar. Mereka
adalah Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, dan Pluto.
Anggota. tata. surya yang lain adalah:
1.
Asteroida,
berbentuk semacam planet tetapi sangat kecil, bergaris tengah 500 mil,
jumlahnya lebih dari 2.000 buah dan terletak antara Mars dan Jupiter.
2.
Komet atau bintang
berekor. Garis edarnya eksentrik, perihelionnya sangat dekat dengan matahari,
sedangkan aphelionnya sangat jauh, berupa bola gas pijar seperti matahari.
3.
Meteor, merupakan
batuan dingin yang terjadi akibat gaya tarik bumi sehingga masuk ke atmosfer
menjadi pijar karena bergesekan dengan atmosfer.
F. Deskripsi Dan
Model Alam Semesta
Kesan umum luas
dan megahnya alam semesta diperoleh penghuni Bumi dengan memandang langit malam
yang cerah tanpa cahaya Bulan. Langit tampak penuh taburan bintang yang seolah
tak terhitung jumlahnya. Struktur dan luas alam semesta sangat sukar
dibayangkan manusia, dan progres persepsi dan rasionalitas manusia tentang itu
memerlukan waktu berabad-abad.
Deskripsi pemandangan alam semesta pun beragam. Dulu alam
semesta dimodelkan sebagai ruang berukuran jauh lebih kecil dari realitas
seharusnya. Ukuran diameter Bumi (12.500 km) baru diketahui pada abad ke- 3
(oleh Eratosthenes), jarak ke Bulan (384.400 km) abad ke-16 ( Tycho Brahe,
1588), jarak ke Matahari (sekitar 150 juta km) abad ke-17 (Cassini, 1672),
jarak bintang 61 Cygni abad ke-19 , jarak ke pusat Galaksi abad ke-20 (Shapley,
1918), jarak ke galaksi-luar (1929), Quasar dan Big Bang (1965). Perjalanan
panjang ini terus berlanjut antargenerasi.
Benda langit yang terdekat dengan bumi adalah bulan. Gaya
gravitasi bulan menggerakkan pasang surut air laut di bumi, tak henti-hentinya
selama bermiliar tahun. Karena periode orbit dan rotasi Bulan sama, manusia di
Bumi tak pernah bisa melihat salah satu sisi permukaan Bulan tanpa bantuan
teknologi untuk mengorbit Bulan. Rahasia sisi Bulan
lainnya, baru didapat dengan penerbangan Luna 3 pada tahun 1959.
Pada siang hari,
pemandangan langit sebatas langit biru dan matahari atau bulan kesiangan;
sedang di saat fajar dan senja, langit merah di kaki langit timur dan barat.
Interaksi cahaya matahari dengan angkasa Bumi melukiskan suasana langit yang
berwarna warni.
Matahari sendiri adalah satu di antara beragam bintang di
Galaksi. Ada bintang yang lebih panas dari Matahari (suhu permukaan Matahari
5.800o K), seperti bintang panas (bisa mencapai 50.000oK)
yang memancarkan lebih banyak cahaya ultraviolet-cahaya yang berbahaya bagi
kehidupan. Ada bintang yang lebih dingin, lebih banyak memancarkan cahaya merah
dan inframerah dibandingkan cahaya tampak yang banyak dipergunakan manusia.
Manusia bisa mencapai batas-batas pengetahuan alam semesta
yang luas, mengenal ciptaan Allah yang tidak pernah dikenali di muka bumi
seperti Black Hole, bintang Netron, Pulsar, bintang mati, ledakan
bintang Nova atau Supernova, ledakan inti galaksi dan sebagainya. Akan tetapi,
berbagai fenomena yang sangat dahsyat itu tak mungkin didekatkan dengan mahluk
hidup yang rentan terhadap kerusakan. Walau demikian, ada jalan bagi yang ingin
bersungguh-sungguh menekuninya.
G. Bumi Dan
Planet-Planet Lainnya
Dimulai dari
planet Bumi: sebuah wahana yang ditumpangi oleh bermiliar manusia. Kecerdasan
spiritual manusialah yang akan memberi makna perjalanan di alam semesta ini;
perjalanan antargenerasi selama bermiliar tahun tanpa tujuan akhir yang
diketahui pasti, yang gratis dan tak berujung, hingga waktu kehancurannya tiba.
Namun Bumi masih
terlalu kecil dibandingkan Matahari, sebuah bola gas pijar raksasa, lebih dari
1.250.000 kali ukuran Bumi dan bermassa 100.000 kali lebih besar. Bumi yang tak
berdaya, tertambat oleh gravitasi, terseret Matahari mengelilingi pusat Galaksi
lebih dari 200 juta tahun untuk sekali edar penuh. (Lalu apa rencana secercah
kehidupan kita dalam pengembaraan panjang ini? Sangat sayang bila kita tidak
sempat melihat kosmos hari ini. Sangat sayang kita tidak berencana sujud dan
berserah kepada Tuhan Yang Mahakuasa.)
Pengiring Matahari
lainnya adalah planet Merkurius, Venus, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus,
Neptunus, Pluto, asteroid, komet dan sebagainya. Ragam wahana dalam tata surya
itu berupa sosok bola gas, bola beku, karang tandus yang sangat panas; semuanya
tak terpilih seperti planet Bumi. (Lalu, mengapa wahana yang tersebar di alam
semesta yang sangat luas itu tak semuanya mudah atau layak dihuni oleh
kehidupan?)
Putaran demi
putaran waktu berlalu, kehancuran wahana bermiliar manusia akan menghampiri
perlahan tapi pasti. Namun, berbagai pertanyaan manusia tentang misteri alam
semesta masih belum atau tak berjawab. Berbagai upaya rasionalitas manusia
telah dikerahkan dan pengetahuan bertambah, namun misteri alam semesta itu
terus menjadi warisan bagi generasi berikutnya.
Penjelajahan akal
manusia mendapatkan fakta-fakta penyusun alam semesta, mulai dari dunia atom,
planet, tata surya, hingga galaksi dan ruang alam semesta yang berbatas
galaksi-galaksi muda. Dengan itu, pengetahuan manusia merentang dalam dimensi
panjang 10-13 hingga 1026 meter, yang merupakan batas fakta-fakta yang dapat
diperoleh dalam dunia sains. Pada abad ke-21 manusia masih berambisi untuk
menyelami dunia 10-35 meter (skala panjang Planck) atau 10-20 kali lebih kecil
dari penemuan skala atom pada dekade pertama abad ke-20. Begitu pula dimensi
lainnya seperti waktu, energi, massa, rentangnya meluas dari yang lebih kecil
dan lebih besar.
Tentang rentang
waktu alam semesta, manusia mendefinisikan berbagai zaman (dan zaman transisi
di antaranya): Zaman Primordial, ketika usia alam semesta antara 10-50 hingga
105 tahun, Zaman Bintang, (106 – 1014 tahun), Zaman Materi Terdegenerasi, (1015
– 1039 tahun), Zaman Black Hole, (1040 – 10100 tahun), Zaman Gelap ketika alam
semesta menghampiri kehancurannya dan Zaman Kehancuran Alam Semesta, ketika
materi meluruh. Tanpa fakta-fakta dan ilmu yang diketahui manusia (atas izin
Allah), akhirnya manusia hanya bisa berspekulasi dan tak bisa mendefenisikan berbagai
keadaan, misalnya sebelum kelahiran alam semesta dan setelah kehancuran.
Penjelajahan akal
manusia bisa menggapai penaksiran hal-hal berikut: jumlah partikel (di Matahari
1060 atau di Bumi 1050), energi ikat (antara Bumi dan Matahari sebesar 1033
Joule), energi radiasi matahari sebesar 1026 watt, energi Matahari yang
diterima Bumi sebesar 1022 Joule, energi yang diperlukan manusia per tahun
sebesar 1020 Joule, energi penggabungan inti atom, fissi 1 mol Uranium sebesar
1013 Joule, energi yang dihasilkan 1 kg bensin sebesar 108 Joule. Sebuah
anugerah yang besar bagi manusia, walaupun melalui proses yang panjang.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian diatas
dapat diambil kesimpulan bahwa alam semesta mencakup keseluruhan benda-benda
alam yang terdiri dari galaxy, bintang-bintang, matahari, planet-planet, nabula
dan satelit-satelit. Yang dimana asal muasal benda alam itu sudah dinyatakan
kebenarannya melalui penelitian para ahli dan dibenarkan oleh Al-Qur’an.
Dengan dasar teori
Big Bang itu, para ahli sekarang berhasil mereka ulang pembentukan alam semesta
dari waktu ke waktu, dimulai dari pristiwa Big Bang bahkan saat ini mereka
dapat memperkirakan bagaimana bentuk alam semesta ini beberapa abad nanti,
contohnya jika Galaksi Bimasakti (Milkyway) tempat kita berpijak dan galaksi tetangga
yang paling dekat yaitu Galaksi Andromeda akan saling bergerak mendekat dan suatu saat mereka akan
bertabrakan.
Setelah terjadinya
ledakan (big Bang), terjadilah semacam bencana alam semesta (cosmic cataclysm).
Alam semesta dipenuhi oleh bola-bola api yang sangat panas dan padat. Dari
bola-bola api inilah kemudian terbentuk partikel-partikel dasar dan
muatan-muatan energi, dari muatan-muatan energi ini kemudian terbentuk
daya-daya kekuatan di alam semesta. Daya kekuatan alam
yang diperkirakan pertama kali terbentuk adalah daya gravitasi, kemudian daya
nuklir serta daya electromagnetis.
Partikel-partikel
dasar yaitu elektron, photon, neutron dan lain-lain saling bertubrukan untuk
kemudian membentuk proton dan neutron. Selama masa ini sebagian besar energi
masih berbentuk radiasi (percikan-percikan cahaya dari bola-bola api).
Alam semesta terus
mengembang dan perlahan-lahan mulai mendingin. Pada tahap ini, inti atom
hidrogen, helium dan litium mulai membentuk. Tahap selanjutnya alam semesta
mulai memasuki tahap suhu yang cukup dingin sehingga partikel-partikel elektron
yang bermuatan negatif dapat berkait dan menyatu dengan inti-inti atom hidrogen
dan helium yang bermuatan positif untuk kemudian membentuk atom-atom yang
netral.
Karena alam
semesta terus membesar, kepadatannya otomatis semakin berkurang dan suhunya
juga semakin mendingin.
Proses
pengembangan alam semesta terus berlanjut dengan tingkat kecepatan yang tinggi.
Daya gravitasi mulai mempengaruhi tingkat kepadatan gas-gas yang terbentuk
akibat Big Bang, sehingga menciptakan
gumpalan-gumpalan awan gas. Saat gumpalan-gumpalan ini semakin memadat, inti
gumpalan gas tersebut juga bertambah padat berlipat-lipat dengan suhu yang juga
terus meningkat panas sampai akhirnya menyala sebagai bentuk awal sebuah
bintang. Saat semua kantong-kantong gas mengalami proses serupa maka kelompok
bintang-bintang muda ini membentuk menjadi sebuah gugusan bintang (galaksi).
Seluruh proses di atas, dari Big Bang hingga terbentuknya planet, bintang serta
galaksi berlangsung dalam kurun waktu milyaran tahun.Seperti halnya proses
pembentukan bintang-bintang yang lain, bintang kita, yang kita kenal dengan
nama Matahati (sun) juga terbentuk dari gumpalan atau kantong awan gas. Setelah terjadinya ledakan (big Bang), terjadilah
semacam bencana alam semesta (cosmic cataclysm). Alam semesta dipenuhi oleh
bola-bola api yang sangat panas dan padat. Dari bola-bola api inilah kemudian
terbentuk partikel-partikel dasar dan muatan-muatan energi, dari muatan-muatan
energi ini kemudian terbentuk daya-daya kekuatan di alam semesta. Daya kekuatan alam yang diperkirakan pertama kali
terbentuk adalah daya gravitasi, kemudian daya nuklir serta daya
electromagnetis.
Partikel-partikel
dasar yaitu elektron, photon, neutron dan lain-lain saling bertubrukan untuk
kemudian membentuk proton dan neutron. Selama masa ini sebagian besar energi
masih berbentuk radiasi (percikan-percikan cahaya dari bola-bola api).
Alam semesta terus
mengembang dan perlahan-lahan mulai mendingin. Pada tahap ini, inti atom
hidrogen, helium dan litium mulai membentuk. Tahap selanjutnya alam semesta
mulai memasuki tahap suhu yang cukup dingin sehingga partikel-partikel elektron
yang bermuatan negatif dapat berkait dan menyatu dengan inti-inti atom hidrogen
dan helium yang bermuatan positif untuk kemudian membentuk atom-atom yang
netral.
Karena alam
semesta terus membesar, kepadatannya otomatis semakin berkurang dan suhunya
juga semakin mendingin.
Proses
pengembangan alam semesta terus berlanjut dengan tingkat kecepatan yang tinggi.
Daya gravitasi mulai mempengaruhi tingkat kepadatan gas-gas yang terbentuk
akibat Big Bang, sehingga menciptakan
gumpalan-gumpalan awan gas. Saat gumpalan-gumpalan ini semakin memadat, inti
gumpalan gas tersebut juga bertambah padat berlipat-lipat dengan suhu yang juga
terus meningkat panas sampai akhirnya menyala sebagai bentuk awal sebuah
bintang. Saat semua kantong-kantong gas mengalami proses serupa maka kelompok
bintang-bintang muda ini membentuk menjadi sebuah gugusan bintang (galaksi).
Seluruh proses di atas, dari Big Bang hingga terbentuknya planet, bintang serta
galaksi berlangsung dalam kurun waktu milyaran tahun.Seperti halnya proses
pembentukan bintang-bintang yang lain, bintang kita, yang kita kenal dengan
nama Matahati (sun) juga terbentuk dari gumpalan atau kantong awan gas.
B. Saran
1. Hendaknya kita sebagai manusia harus bisa menikmatidan
menjaga sebaik-baiknya segala sesuatu yang telah tercipta (alam semesta beserta
isinya).
2. Sebaiknya ilmu pendidikan yang kita pergunakan tidak
terlepas dari koridor keilmuan.
Langganan:
Postingan (Atom)