KEBUDAYAAN
SAMAWA
Disini kita sudah mengenal tentang negara Indonesia, sebagai
negara yang memiliki keanekaragaman budaya dan suku bangsa. Tiap-tiap daerah di
Indonesia memiliki ciri khas kebudayaan masing-masing. Hal ini merupakan
perwujudan dari bentuk kreativitas penduduk itu sendiri. Ada pun kebudayaan –
kebudayaan tersebut sudah sejak lama dikenal dan dilakukan sehingga telah
menjadi suatu tradisi yang dilakukan secara turun-temurun dikalangan
masyarakatnya.
Sama halnya dengan daerah-daerah lain di penjuru Indonesia.
Daerah Sumbawa juga memiliki kebudayaan yang menjadi ciri khas masyarakat
Sumbawa. Masyarakat Sumbawa biasa di sebut dengan “Tau Samawa”. Para tau Samawa
pada zaman dahulu memiliki berbagai macam kebudayaan dan kesenian diantaranya
yaitu :
UPACARA
NYORONG
Upacara Nyorong merupakan salah
satu prosesi pernikahan putra-putri sumbawa (tau samawa) Nusa Tenggara Barat.
Upacara nyorong ini di laksanakan setelah bakatoan (lamaran). pihak laki-laki
di terima oleh orang tua si wanita yang kemudan di teruskan dengan cara
basaputis ( memutuskan ). Di dalam acara basaputis inilah di tentukan hari-hari
baik untuk melaksanakan acara nyorong dalam sebuah prosesi pernikahan
masyarakat samawa. Disini tau samawa hanya mengenal istilah nyorong meliputi
barang yang diantar, orang yang mengantar dan pihak yang menerima.
MUSIK
TRADISIONAL
Musik tradisional Sumbawa merupakan
musik ritmis, atau musik yang aksentuasinya lebih pada irama, bukanlah musik
melodius. Dalam Musik Etnik Sumbawa tidak terdapat gamelan seperti musik daerah
Bali, Lombok maupun Jawa. Gamelan bagi daerah-daerah tersebut selain berfungsi
sebagai pembawa melodi (alunan), juga sebagai ‘roh’ musik, berbanding terbalik
dengan Musik Tradisional Sumbawa yang alat musik
utamanya justru adalah genang (gendang) yang berfungsi
sebagai pembawa ritme atau pemimpin irama. Sebagai sebuah musik ritmis, Musik
Daerah Sumbawa kaya dengan irama yang terwakilkan dalam temung (jenis
pukulan), baik temung yang terdapat pada genang, rebana, palompong, dsb. Dalam
Musik Tradisional Sumbawa, keberadaan serune yang merupakan satu-satunya alat
musik tiup yang memiliki notasi yang paling sering digunakan, hanya berfungsi
untuk memberi nuansa melodis, namun alunannya tetap mengikuti alur musik yang
dibuat oleh genang sebagai pemimpin irama.
Ragam
Ansambel Musik
Secara harfiah ansambel berarti
kumpulan atau gabungan, dengan demikian ansambel musik berarti kumpulan alat
musik. Di Indonesia terdapat beraneka ragam ansambel musik tradisi, seperti
Ansambel Gordang Sambilan yang merupakan Musik Adat masyarakat Mandailing,
Tapanuli Selatan, Ansambel Angklung Bungko dari Cirebon, dll.
Di Kabupaten Sumbawa, dari hasil pendataan, ditemukan beberapa ansambel baru
selain ansambel yang sudah ada, antara lain :
1. Ansambel Musik Gong genang
Ansambel Musik Gong Genang adalah
sekelompok alat musik tradisional Sumbawa yang dimainkan secara bersamaan dalam
beberapa komposisi musik. Ansambel ini dapat juga dikatakan sebagai musik
orkestranya Sumbawa. Alat-alat musik yang dimainkan dalam ansambel ini adalah :
·
Genang sebanyak 2 buah, yaitu genang penganak dan penginak,
·
Serune ; 1 buah,
·
Rebana Kebo ; min 1 buah,
·
Gong ; 1 buah,
·
Palompong ; 1 buah
·
Santong Srek ; 1 buah, Dll sesuai dengan kebutuhan.
Khusus untuk Kabupaten Sumbawa Barat ditambah dengan
Tawa-Tawa, sejenis gong kecil, 1 buah.
Ansambel Musik Gong Genang digunakan
untuk mengiringi Tari Daerah Sumbawa, gentao,
ngumang, beberapa upacara adat, dsb. Pada awalnya,
ansambel ini hanya terdiri dari genang, serune dan gong, namun pada
perkembangan berikutnya, mendapat penambahan alat musik lainnya, yaitu
palompong, santong srek, dll. Motor penggerak ansambel ini adalah genang yang
berfungsi sebagai pembawa rhytme atau irama melalui temung (jenis pukulan)
genang.
Ansambel Musik Ketong Kasalung
merupakan sebuah ansambel yang seluruh alat musiknya terbuat dari bambu, dan
digunakan untuk mengiringi sebuah tembang yang dibuat secara khusus dengan
warna yang berbeda dengan tembang-tembang yang ada. Ansambel ini merupakan
hasil eksperimentasi dari seniman Sumbawa yang berasal dari Kecamatan Lunyuk,
yaitu Ace Let Luar dan kawan-kawannya. Nama-nama alat yang terdapat dalam
ansambel ini adalah :
Ketong
Salung
Terdiri dari 7 (tujuh) buah ketong
(bambu besar dan tebal) dengan berbagai macam ukuran. Cara memainkannya dengan
memukul bagian bawah ketong ke lantai sehingga menghasilkan suara yang beraneka
ragam tergantung dari ukuran ketong. Ketong yang besar akan menghasilkan suara
yang agak ngebas sedangkan ketong kecil memunculkan bunyi yang nyaring.
Ketong
Ngentong
Ketong yang di gantung. Ketong ini
memiliki notasi dan berfungsi sebagai pembawa melodi.
Ketong
Kosok
Adalah sebuah alat musik yang
dimainkan seperti marakas. Alat ini dibuat dari ketong yang beruas pendek.
Serune
Pincuk Segantang
Serune pincuk segantang merupakan
serune yang berukuran panjang dan besar. Panjangnya bisa mencapai sekitar 1,5
meter. Sarumungnya terbuat dari bambu yang dianyam.
Genang Petung
Merupakan sebuah genang (gendang)
yang terbuat dari ketong yang berukuran besar, yang di bagian lubang kiri
kanannya di lapisi dengan kulit kambing.
Rebab
Ketong
Rebab yang dibuat dari ketong.
Sekapak
Sebuah alat musik yang terbuat dari
seruas bambu yang dibelah sampai batas buku, kemudian dilubangi sampai tembus sebagai
tempat tangan untuk mengadu atau membenturkan antara buku yang satu dengan yang
lain sehingga bersuara dengan keras.
Serune
Ode
Serune biasa yang sering digunakan
dalam berbagai moment kesenian daerah. Sebagai alat musik yang lahir dari hasil
eksperimentasi, ansambel ini belum begitu memasyarakat. Namun demikian,
ansambel Ketong Kasalung memiliki potensi untuk dikembangkan karena memiliki
keunikan dan memberi warna baru bagi musik tradisional Sumbawa.
3.
Ansambel Musik Kolaborasi dan Kontemporer
Selain dari 3 (tiga) ansambel
diatas, juga terdapat 1 (satu) lagi jenis ansambel di Sumbawa yaitu Ansambel
Musik Kolaborasi dan Kontemporer. Ansambel ini merupakan gabungan dari alat
musik tradisional dengan tradisional, dan tradisional dengan modern. Ansambel
ini sudah beberapa kali dipentaskan, dan merupakan ajang uji coba bagi para
pemusik Sumbawa.
MAIN
JARAN
Berdasarkan wujudnya kebudayaan ada
dikenal dengan wujud kebudayaan nonmaterial. Kebudayaan nonmaterial adalah
ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya
berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu, tarian tradisional dan permainan
(Wikepedia: 23-11-2011). Dalam kebudayaan Sumbawa memiliki suatu permainan yang
dianggap sebagai warisan nenek moyang mereka. Permainan tersebut adalah main
jaran ‘pacuan kuda’. Main jaran merupakan suatu permaian keahlian memacu kuda
oleh seorang joki. Permainan ini sangat digemari oleh masyarakat setempat
bahkan masyarakat dari luar pulau Sumbawa sengaja datang untuk menyaksikan
kegaitan permainan tersebut.
Sesuai dengan perkembangan zaman,
main jaranpun ikut berkembang. Hal ini masih kita lihat sampai sekarang yang
dilakukan oleh masyarakat Sumbawa. Dilihat dari atribut yang digunakan oleh
kuda-kuda pacu dan para joki sudah memperhatikan keselamatan. Kuda pacu
diberikan hiasan-hiasan yang terbuat benang woll dan bahan lainnya, berikut
disebutkan beberapa atribut yang digunakan oleh kuda pacu.
1. Jombe
atribut yang terbuat tali (benang woll) yang ditempelkan berbagai macam pernak
pernik dan dipasang di muka dan leher kuda.
2. Tali
kancing merupakan tali yang diikat dan dipasang di dalam mulut kuda dan digunakan
pada saat pelepasan.
3. Kili
merupakan kawat yang dibuat berbentuk angka delapan sebagai penyambung tali
pengendali dengan rantai yang ada dipasang di mulut kuda.
4. Lapek
merupakan alas tempat duduk joki yang diletakkan pada punggung kuda dan terbuat
dari alang-alang dan atau daun pisang kering.
Begitu
hal dengan atribut yang digunakan oleh joki, juga diperhatikan dengan tujuan
untuk menjaga keselamatan para joki. Berikut disebutkan beberapa atribut yang
digunakan oleh para joki.
1. Helem
digunakan sebagai pelindung kepala dan berfungsi sebagai untuk mengurangi cidra
dari joki apabila terjatuh.
2. Baju
kaus berlengan panjang dan celana panjang.
3. Ketopong
digunakn sebagai sarung kepala digunakan sebelum memakai helem.
4. Cambuk
biasanya terbuat dari kayu rotan.
5. Baju
ban (baju rompi) yang memiliki nomor sebagai nomor urut kuda.
Selain perkembangan atribut yang digunakan oleh para joki. peraturan main
jaranpun mengalami perubahan. Zaman dahulu peraturan main jaran tidak terlau
ketat, namun sekarang peraturan-peraturan tersebut sangat ketat. Dari arena
pacuan samapi aturan mainnya sangat diperhatikan.
Aturan-aturan yang dterapakan dalam permain olah raga main jaran. Mulai dari kuda, kuda yang digunakan harus di sesuai kan dengan
kelasnya masing. Berikut beberapa kelassifikasi kuda pacu dalam main jaran
Sumbawa.
1.
teka saru yaitu kelas untuk kuda pemula dan baru
pertama kali memalakukan perlombaan.
2.
teka pas untuk kelas yang telah mengikuti perlombaan
sebanyak 2-3 kali.
3.
teka A kelas untuk kuda sudah berpengalaman yang
tingginya 117 cm sampai dengan 120 cm.
4.
teka B untuk kuda yang memiliki tinggi 121 cm ke atas.
5.
kelas OA untuk kuda yang sudah berpengalaman dan telah
nyepo (giginya telah copot sebanyak 4 buah) dan tingginya 126 cm.
6.
kelas OB untuk kelas di atas OA yang memiliki tinggi
127 cm sampai dengan 129 cm
7.
harapan untuk
kuda yang memiliki tinggi 129 cm ke atas dan telah nyepo sebanyak 4 buah.
8.
tunas untuk kuda yang memiliki tinggi 129 cm ke atas
dan gigi taringnya telah tumbuh.
9.
kelas dewasa.
Adapun teknik yang harus diikuti oleh para pemain dalam mengikuti main
jaran. Kuda yang tampil dalam pertandingan harus melakukan registrasi dan
sekaligus mengambil nomor ban (kotak pelepasan). Para joki mengirng kudanya
menuju juri yang bertugas memriksa kuda dan kesiapan joki untuk menjaga adanya
kecurungan dalam perlombaan. Kuda dan
joki yang telah mengalami pemperiksaan lansung menuju kotak pelepasan sesuai
dengan nomor urut ban (kotak pelepasan) yang didapat dari regestrasi. Kuda dan
joki bersiap untuk berlari sekencangnya setelah mendengar suara peluit dari
juri garis. Seperti halnya main bola,
main jaran juga menggunkan sistem gugur dalam menetukan sang juara. Pada babak
pertama dinamakan babak guger (gugur) pada babak ini kuda berusaha untuk menuju
babak penentu hingga sampai babak final.
Tidak ada kebudayaan yang statis, semua kebudayaan mempunyai dinamika
atau gerak. Gerak dari kebudayaan tersebut terjadi oleh sebab gerak dari
manusia yang hidup dalam masyarakat yang menjadi wadah dari kebudayaan. Akibat
dari perubahan wujud kebudayaan ini memberikan danpak positif dan negatif. Sudah dijelaskan sebelumnya bahwa main
jaran telah mengalami perubahan. Sehingga akibat deri perubahan tersebut
memiliki dampak positif dan
dampak negatifnya.
a. Danpak
Posotif
·
Main jaran sebagai permainan sekaligus olah raga
yang sebagai mana pernan dan fungsi olah raga lainya yaitu untuk menyehatkan
tubuh.
·
Bakat dan hobi para pelaku main jaran dapat
ekspolarisasai dengan adanya kegiatan rutin main jaran satehun sekali.
·
Dengan adanya main jaran ini masyarakat Sumbawa
bisa terhibur.
·
Wujud kebudayaan main jaran ini merupakan sebuah
kebudayaan yang dilaksanakan oleh masyarakat Sumbawa sekali setahun. Sehingga
Tauris manca Negara manca Negara ikut serta menonton acara ini. Dengan adanya
kedatangan tauris ini dapat mengahsilkan devisa daerah.
b. Danpak
Negatif
·
Main jaran merupakan permainan sekaligus olah
raga yang melatih adrenalin para pemainnya. Terkadang permaianan ini dapat
menimbulkan cidra yang sangat serius bahkan mengakibatkan kematian akibat
kecelakaan, meskipun atribut yang digunakan saat sekatang sudah memperhatikan
keselamatan para jokinya.
·
Main jaran merupakan tempat acara hiburan yang
mempertontonkan adu kecepatan antarkuda pacu. Keadaan ini dapat menjadi ajang
perjudian oleh sebagian orang.
·
Di lihat dari joki dari main jaran ini merupak
anak-anak yang usiannya berkisar 8-15 tahun, terkadang ketika mengikuti
acaranya ini mereka lebih mementing acara main jaran dari pada sekolahnya.
Sehingga acara ini dapat mengganggu aktifitas belajar para joki tersebut.
BERAPAN
KEBO
Indonesia memang
memiliki budaya yang sangat banyak dan beragam. Dengan ratusan suku bangsa yang
ada, keragaman budaya menjadi salah satu kekayaan intelektual bangsa yang patut
disyukuri, dibanggakan, dan dilestarikan. Budaya inilah salah satu wujud dari
karya-karya kreatif bangsa. khususnya di Kabupaten Sumbawa Barat, terdapat
budaya balapan hewan yaitu Barapan Kebo, yang artinya adalah Balapan Kerbau.
1. Memasuki
Arena Pertandingan
Barapan Kebo dilombakan di dalam sawah
yang berair.Tentu saja, sesuai dengan habitat kerbau yang memang suka dengan
kubangan air.
Menurut Bupati Sumbawa Barat, DR.
KH. Dzulkifli Muhadli, MM., Barapan Kebo merupakan tradisi masyarakat Sumbawa
sebelum masa tanam, sesudah masa panen. Barapan Kebo dilakukan selain sebagai
rasa syukur atas hasil panen, juga untuk menggemburkan tanah yang akan ditanam.
Di samping, itu Barapan Kebo adalah sebuah kegembiraan dan kebersamaan.
2. Kibaran
Start Menandakan Dimulai Lomba
Menariknya, sebagai usaha yang
sangat serius untuk mempromosikan budaya Barapan Kebo, Bupati Sumbawa Barat
membawa Barapan Kebo ini bukan di Sumbawa, tetapi diseberangkan ke Senggigi,
Kabupaten Lombok Barat, jantungnya pariwisata Lombok. Event yang dinamakan
“Barapan Kebo Eksibisi” ini dilangsungkan Minggu, 3 Juni 2012 mulai pukul 08.00
hingga siang hari
Sekitar 124 pasang kerbau
diseberangkan menggunakan truk-truk yang disewa khusus untuk mengangkut kerbau
ini. Jika dalam satu truk hanya bisa memuat 3 pasang kerbau, maka sedikitnya 41
truk dibutuhkan untuk menyeberang dari Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) menuju
pantai Senggigi. Perjalanan dari Kabupaten Sumbawa Barat menuju Senggigi
sendiri bukan sebentar, dibutuhkan sekitar 5-6 jam perjalanan darat, termasuk
menyeberang Selat Lombok menggunakan kapal fery penyeberangan yang memakan
waktu sekitar 2 jam perjalanan.
Panggung besar sudah disiapkan di
pinggir lapangan. Sementara di depan panggung, arena balap berupa sawah satu
petak memanjang sekitar 75m sudah diberi air. Di kiri kanan arena, terdapat
jalan yang diperuntukkan bagi para penonton melihat balapan. Sementara bagi
para wartawan, disediakan tempat pas di depan garis finish untuk melihat dan
memfoto secara lebih dekat.
Acara dimulai dengan pemukulan
lumbung padi secara bersama-sama oleh Pak Bupati.Pemukulan lumbung padi ini
juga budaya daerah sebagai lambang kegembiraan, dan biasanya memang diadakan
sebagai tanda pembukaan suatu acara ataupun pesta.
3. Pemukulan
Lumbung Padi oleh Bupati dan Staf
Sesuai pembukaan, mulailah para
joki dan kerbau ini memasuki arena balapan. Para kerbau ini, terutama yang
langganan juara dan kerbau unggulan, dikenalkan satu persatu saat memasuki
arena. Saat sebuah nama kerbau disebut, diiringi dengan deretan prestasi yang
telah diraih, disambut dengan tepuk tangan meriah dari para penonton.
Nama-nama kerbaupun dibuat sangat
unik, dan lucu-lucu. Ada nama Hercules, Chris John, Jet Tempur, Harapan Bangsa,
dan berbagai nama lain yang disematkan oleh pemiliknya. Tubuh kerbau ini gempal
dan berisi, sangat terlihat bahwa kerbau-kerbau ini dirawat dengan baik dengan
gizi yang penuh.
4. Berjuang
Mengendalikan Kerbau
Pamer Barapan Kebo ini semakin lama
semakin moncer. Karenanya, pemiliki kerbau juara juga menjadi prestise
tersendiri.Akibatnya bisa ditebak, harga kerbau juara biasanya langsung
melambung tinggi, beberapa kali lipat dari harga kerbau biasa. Kerbau juara,
bisa dihargai Rp 70 juta sepasang. Karena memang, balapan ini dilakukan oleh
dua ekor kerbau, yang dipasangkan dengan menggunakan kayu berbentuk segitiga,
yang juga digunakan oleh joki sebagai tempat berpijak.
Pertandingan ini sebenarnya bukan
balapan yang mempertandingkan beberapa pasang kerbau secara langsung.Balapan
ini adalah balapan kecepatan (sprint). Setiap pasang kerbau akan memasuki arena
pertandingan dan dihitung berapa waktu yang ditempuh mulai garis start hingga
finish. Garis start dimulai pada garis awal yang ditentukan, sementara
finishnya adalah sebuah patok kayu sepanjang sekitar satu meter yang diletakkan
di tengah-tengah arena balapan. Sang Joki harus mengarahkan pasangan kerbau ini
berlari dengan cepat dan saat akhirnya adalah mengenai patok kayu tersebut.Jika
tidak mengenai patok kayu tersebut, maka dinyatakan gagal atau
didiskualifikasi.
5. Mengarahkan
Menuju Patok Kayu Tanda Finish
Balapan kerbau sendiri dibagi menjadi
beberapa kelas; mulai umur 2 hingga 5 tahun. Masing-masing kelas sudah ditandai
sesuai dengan umur dan berat badannya.Yang menarik, tentu saja kerbau kelas A, yang
berbadan kekar dan besar. Kecepatan kerbau-kerbau ini memang di atas kelas yang
lebih kecil. Disini Mereka masih menggunakan stop watch digital, yang
dihubungkan dengan petugas pencatat waktu di panggung.
Dari beberapa
pemaparan diatas, menurut saya dapat disimpulkan bahwa kebudayaan itu merupakan
bentuk dan kreasi dari masyarakat dari penduduk tersebut, dimana memiliki
ciri-ciri khas tentang kebudayaan tersebut. Ada pun kebudayaan – kebudayaan
tersebut sudah sejak lama dikenal dan dilakukan sehingga telah menjadi suatu
tradisi yang dilakukan secara turun-temurun dikalangan masyarakatnya, dan dari
kebudayaan tersebut patut bisa di jaga dan di lestarikan oleh masyarakat daerah
itu sendiri.
DAFTAR
PUSTAKA
http://samawasamawa.blogspot.com/2011/12/musik-tradisional-sumbawa.html
http://gokilgila.blogspot.com/2012/01/kebudayaan-suku-tau-samawa-suku-sumbawa.html
http://sosbud.kompasiana.com/2012/11/02/budaya-samawa-sebagai-cermin-keluhuran-bangsa-500112.html
http://dumalana.com/2011/11/15/30766/
Artikel yang bagus... Sayang fotonya, di komputer saya, tidak muncul.
BalasHapus