PSIKOLOGI PENDIDIKAN
A. Pengertian
psikologi pendidikan
1. Pengertian
psikologi
Istilah
psikologi berasal dari bahasa inggris “ psychology”. Istilah psychology sendiri
berasal dari kata Yunani “psyche”, yang dapat diartikan sebagai roh, jiwa atau
daya hidup dan “logos” yang dapat diartikan ilmu. Jadi, secara harfiah
psikologi berarti ilmu jiwa. Pengertian tingkah laku dalam batasan ini
mempunyai arti luas, meliputi tingkah laku nyata (terbuka;eksplisit) dan
tingkah laku tak nyata (tertutup;simplisit). Dengan faktor lingkungan adalah
segala faktor yang ada di luar individu, yang mempunyai hubungan bermakna bagi
tingkah laku itu.
Psikologi
seringkali menyamakan pengetahuan dengan ilmu pengetahuan. Padahal keduanya
tidak benar, miskipun ilmu pengetahuan itu disusun dari pengetahuan. Jadi,
pengetahuan itu belum tentu merupakan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, jika
disebut kata psikologi sebelum masa itu, diartikan sebagai pemikiran tentang
jiwa atau sebagai pengetahuan. Untuk menjadi ilmu pengetahuan yang otonom,
pengetahuan itu harus memenuhi syarat-syarat sekurang-kurangnya lima syarat, yaitu:
mempunyai objek dan pembatasan objek, mempunyai metode, mempunyai sistem,
mempunyai sifat universal, dan dapat dibuktikan. Psikologi merupakan ilmu
pengetahuan yang masih mudah usianya.
2. Pengertian
pendidikan
Menurut kamus
besar bahasa indonesian(Syah, 1997/ hal.10). pendidikan berasal dari kata
“didik” yang mendapat awal me sehingga menjadi “mendidik” artinya memelihara
dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya
ajaran, tuntunan, dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.
Pendidikan ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
latihan.
Sedangka menurut
Mcleod (Syah, 1997/ hal.10). dalam bahasa inggris education (pendidikan)
berasal dari kata educate (mendidikan)artinya memberikan peningkatan (to
elicit, to give rise to), dan mengembangkan (to evolve, to develop). Dalam
pengertian tang sempit, education atau pendidikan berarti perbuatan atau proses
perbuatan untuk memperoleh pengetahuan.
3. Pengertian
psikologi pendidikan
Psikologi Pendidikan adalah ilmu
yang mempelajari bagaimana manusia belajar dalam pendidikan pengaturan,
efektivitas intervensi pendidikan, psikologi pengajaran, dan psikologi sosial
dari sekolah sebagai organisasi. Psikologi pendidikan
berkaitan dengan bagaimana siswa belajar dan berkembang, dan sering terfokus
pada sub kelompok seperti berbakat anak-anak dan mereka yang tunduk pada khusus
penyandang cacat .
Menurut Muhibin
Syah (2002), pengertian psikologi
pendidikan adalah sebuah disiplin psikologi
yang menyelidiki masalah psikologis yang terjadi dalam dunia pendidikan.
Sedangkan menurut ensiklopedia amerika, Pengertian psikologi
pendidikan adalah ilmu yang lebih berprinsip
dalam proses pengajaran yang terlibat dengan penemuan – penemuan dan menerapkan
prinsip – prinsip dan cara untuk meningkatkan keefisien di dalam pendidikan.
Sedangkan
menurut Witherington, Pengertian Psikologi
pendidikan adalah studi sistematis
tentang proses-proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan
manusia. Tardif (dalam Syah, 1997: 13) juga mengatakan bahwa Pengertian Psikologi
Pendidikan adalah sebuah bidang studi yang
berhubungan dengan penerapan pengetahuan tentang perilaku manusia untuk
usaha-usaha kependidikan.
Dari beberapa
pendapat tentang psikologi pendidikan, dapat di simpulkan bahwa Pengertian Psikologi Pendidikan
adalah ilmu yang mempelajari tentang perilaku manusia di dalam dunia
pendidikan yang meliputi studi sistematis tentang proses-proses dan
faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia yang tujuannya untuk
mengembangkan dan meningkatkan keefisien di dalam pendidikan.
B.
Sejarah
perkembangan psikologi pendidikan
Seperti yang telah diketahui
sebelumya, psikologi pendidikan adalah cabang psikologi. Karena psikolgi
sebagai ilmu pengetahuan masih muda usianya, maka psikologi pendidikan sebagai
cabangnya lebih-lebih masih muda usianya. Berhubung dengan itu, ia masih dalam
proses perkembangan; di sana sini masih banyak problem yang masih memerlukan
pemecahannya; masih banyak hal-hal yang masih perlu pengembangannya.
Akan tetapi, walaupun ditinjau dari
segi ilmu pengetahuan usianya masih sangat muda, akan tetapi pemikirannya
(dalam arti yang menyangkut pendidikan dan problem jiwa) telah dipikirkan oleh
orang sejak dahulu kala. Demikianlah misalnya, sampai ada yang mengatakan bahwa
saat timbulnya yang mula-mula tentang psikologi pendidikan dapat diikuti
jejaknya kembali pada Aristoteles. Bahwa Aristoteles sebagai seorang filsuf
telah menyusun periode-periode perkembangan anak, sifat-sifat anak menurut
periode dan bentuk pendidikan yang perlu diselenggarakan sesuai dengan
periode-periode itu. Walaupun demikian, tentu saja pemikirannya baru merupakan
pemikiran secar filsafat, belum merupakan pemikiran psikologi pendidikan.
Upaya-upaya yang bersifat semi
ilmiah dipelopori oleh para pendidik, seperti Pestalozzi, Herbart, Frobel dan
sebagainya. Mereka itu sering dikatakan sebagai pendidik yang mempsikologikan
pendidikan, yaitu dalam wujud upaya memperbaharui pendidikan dengan melalui
bahan-bahan yang sesuai dengan tingkat usia, metode yang sesuai dengan bahan
yang diajarkan dan sebagainya, dengan mempertimbangkan tingkat-tingkat usia dan
kemampuan anak didik. Pestalozzi misalnya, dengan upayanya itu kemudian sampai
pula pada pola tujuan pendidikannya, yang disusun dengan “bahasa” psikologi
pendidikan; dikatakan olehnya bahwa tujuan pendidikan adalah tercapainya
perkembangan anak yang serasi mengenai tenaga dan daya-daya jiwa. Adapun Frobel
Menyatakan bahwa tujuan pendidikan adalah terwujudnya kepribadian melalui
perkembangan sendiri, akativitas dan kerja sama social dengan semboyan “belajar
sambil bekerja”. Herbart bahkan telah menyusun pola rangkaian cara menyampaikan
bahan pelajaran, berturut-turut: persiapan, penyajian, asosiasi, generalisasi
dan aplikasi. Tentu saja sifat dan luasnya usaha yang mereka hasilkan dan
sumbangkan sesuai dengan zamannya, yaitu bahwa psikologi sebenarnya pada zaman
itu belum berdiri sebagai ilmu pengetahuan yang otonom.
Akhir abat 19 penelitian-penelitian
dalam lapangan psikologi pendidikan secara ilmiah sudah semakin maju. Di Eropa Ebbinghaus mempelajari
aspek daya ingatan dalam hubungannya dengan proses pendidikan. Dengan
penelitiannya itu misalnya terkenallah Kurve Daya Ingatan, yang menggambarkan,
bahwa kemampuan mengingat mengenai sejumlah objek kesan-kesannya semakin lama
semakin berkurang (menurun), akan tetapi tidaklah hilang sama sekali.
Pada awal abad
20 pemerintah Prancis merasa perlu untuk mengetahui prestasi belajar para
pelajar, yang dirasa semakin menurun. Pertanyaannya yang ingin dijawap, apakah
prestasi belajar itu semata-mata hanya tergantung pada soal rajin dan malasnya si pelajar, ataukah ada factor kejiwaan atau
mental yang ikut memegang peranan. Maka untuk memecahkan problem itu
ditunjuklah seorang ahli psikologi yang bernama Alfred Binet, Dengan bantuan
Theodore Simon, mereka menyusun sejumlah tugas yang terbentuk dalam sebuah tes
baku untuk mengetahui inteligensi para pelajar. Tes ini kemudian dikenal dengan
tes Inteligensi. Tes inteligensi Binet-Simon ini sangat terkenal, yang kemudian
banyak dipakai di Amerika Serikat, yang di negri itu mengalami revisi
berkali-kali untuk mendapat tingkat kesesuaiannya dengan masyarakat atau orang-orang
Amerika. Di antara para ahli yang mengambil bagian dalam revisi-revisi itu
misalnya : Stern, Terman, Merril dan sebaagainya.
Perlu juga
diketahui, bahwa laboratorium ciptaan Wundt di Leipzig juga tidak hanya
melakukan aktivitas penelitian yang bersifat “psikologi umum”, melainkan juga memegang peranan dalam psikologi
pendidikan. Banyak orang Amerika yang belajar di Leipzig kepada Wundt.
Akibatnya setelah mereka mengembangkan psikologi itu di negaranya, termasuk
psikologi pendidikan. Terkenallah psikologi pendidikan di Amerika misalnya
Charles H. Judd, E.L. Thorndike, B.F. Skinner dan sebagainya. Orang-orang ini
sangat besar pengaruhnya terhadap pendidikan di Amerika Serikat. Terutama E.L.
Thorndike, sehingga ia dipandang sebagai Bapak Psikologi Pendidikan di Amerika
Serikat. Menurut seorang pakar psikiatri dan psikologi Amerika Serikat yang
bernama Perry London, yang telah meneliti tentang penggunaan jasa psikologi di
Amerika Serikat, yang menggunakan jasa psikologi bagi lapangan-lapangan
tertentu adalah : 25% merupakan para pendidik, 25% ahli psikologi klinis dan
konsultan, 16% merupakan para peneliti psikologi sendiri, sedang yang 34%
tersebar pada lapangan atau pakar yang lain.
Di Indonesia psikologi pada umumnya dan
psikologi pendidikan pada khususnya sedang dalam proses perkembangan yang
cepat. Pada mata pelajaran, misalnya di sekolah calon guru (HK, HIK, Hoofd
Acted an sebagainya). Setelah merdeka dan dengan berdirinya Fakultas Psikologi
di beberapa Universitas serta berdirinya FKIP atau IKIP di berbagai kota, maka
psikologi pada umumnya atau psikologi pendidikan khususnya, tidak hanya
dipelajari sebagai mata kuliah, melainkan juga diteliti sebagai ilmu
pengetahuan. Hal ini memang amat perlu, karena psikologi atau psikologi
pendidikan yang didasarkan penelitiannya pada orang-orang barat belum tentu
sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia.
Tokoh-tokoh penting di balik perkembangan Psikologi Pendidikan
1.
Wiliam James. Dia
adalah seorang filsuf dari Amerika Serikat, yang terkenal sebagai salah seorang
pendiei Mazhab Paragmatisme. Selain sebagai filsuf, James juga terkenal sebagai
seorang psikolog. Ia dilahirkan di New York pada tahun 1842. Setelah belajar
ilmu kedokteran di univ Harvard, ia belajar psikologi di Jerman dan Prancis.
Kemudian ia mengajar di universitas Havard untuk bidang anatomi, fisiologi,
psikologi, dan filsafat, hingga tahun 1907. Tak lama setelah meluncurkan buku
ajar psikologi yang pertamanya, principles of psichology, Wiliam James
memberikan serangkaian kuliah yang bertajuk “talks to teacher”. Dalam kuliah ini dia mendiskusikan aplikasi psikologi untuk mendidik
anak. James mengatakan bahwa eksperimen psikologi di laboratorium sering kali
tidak bisa menjelaskan kepada kita bagaimana cara mengajar anak secara efektif.
Dia menegaskan pentingnya mempelajari proses belajar dan mengajar di kelas guna
meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu rekomendasinya adalah mulai mengajar
pada titik yang sedikit lebih tinggi di atas tingkat pengetahuan dan pemahaman
anak dengan tujuan memperluas cakrawala pemikiran anak.
2.
John Dewey. Dia adalah seorang filsuf dari Amerika
Serikat, yang termasuk Mazhab Pragmatisme. Selain sebagai filsuf, Dewey
juga dikenal sebagai kritikus sosial dan pemikir dalam bidang pendidikan.
Dewey dilahirkan di Burlington pada tahun 1859. Setelah
menyelesaikan studinya di Baltimore, ia menjadi guru besar dalam
bidang filsafat dan kemudian dalam bidang pendidikan pada beberapa
universitas. Sepanjang kariernya, Dewey menghasilkan 40 buku dan lebih dari
700-an artikel. Dia menjadi motor penggerak untuk mengaplikasikan psikologis di
tingkat praktis. Banyak ide penting lahir dari pemikiran John Dewey. Pertama,
kita mendapatkan pandangan tentang anak-anak sebagai pembelajar aktif.
Pemikiran yang kedua dari Dewey adalah bahwa pendidikan seharusnya di fokuskan
pada anak secara keseluruhan dan memperkuat kemampuan anak untuk beradaptasi
dengan lingkungannya, ia percaya bahwa anak-anak seharusnya tidak hanya
mendapat pelajaran akademik saja, tetapi juga harus di ajari cara untuk berpikir
dan dan beradaptasi di luar sekolah sehingga anak-anak mampu memecahkan masalah
secara reflektif.
3.
E.L Thorndike. Edward Lee “Ted” Thorndike (31 Agustus 1874 – 9 Agustus 1949) adalah
seorang psikolog Amerika yang menghabiskan hampir seluruh karirnya di Teachers
College, Columbia University. Dia adalah anggota dewan Corporation Psikologis,
dan menjabat sebagai presiden American Psychological Association pada tahun
1912. Thorndike member banyak perhatian pada penilaian dan pengukuran serta
perbaikan dasar-dasar belajar secara ilmiah. Thorndike berpendapat bahwa salah
satu tugas pendidikan di sekolah adalah yang paling penting adalah menanamkan
keahlian penalaran anak. Ia mengajukan gagasan bahwa psikologi pendidikan harus
punya basis ilmiah dan harus berfokus pada pengukuran.
C.
Ruang
lingkup psikologi pendidikan
Telah kita
ketahui pada dasarnya ilmu jiwa pendidikan adalah sebuah disiplin psikologi
yang khususnya memepelajari, meneliti, dan membahas seluruh tingkah laku
manusia yang terlibat dalam proses pendidikan yang meliputi tingkah laku
belajar (oleh siswa), tingkah laku mengajar (oleh guru), dan tingkah laku
belajar mengajar (oleh guru dan siswa yang saling berinteraksi).
Inti persoalan
psikologi dalam psikologi pendidikan tanpa mengabaikan persoalan psikologi
guru, terletak pada siswa. Pendidikan pada hakikatnya adalah pelayanan khusus
diperuntukan bagi siswa. Karena itu ruang lingkup pokok bahasan psikologi
pendidikan selain teori-teori psikologi pendidikan sebagai ilmu, juga sebagai
aspek psikologi para siswa khususnya ketika mereka terlibat dalam proses
belajar dan proses belajar mengajar.
Smuel Smith yang
dikutif dari Suryabrata (1984), menetapkan 16 topik bahasan yang dirincinya
sebagai berikut :
1.
Pengetahuan tentang
psikologi pendidikan
2.
Hereditas atau karakteristik
pembawaan sejak lahir
3.
Lingkungan yang
bersifat fisik
4.
Perkembangan siswa
5.
Proses-proses tingkah
laku
6.
Pembawaan
7.
Hak dan ruang lingkup
belajar
8.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar
9.
Hukum dan teori belajar
10.
Pengukuran, yakni
prinsip-prinsip dasar dan batasan-batasan pengukuran/evaluasi
11.
Transfer belajar,
meliputi mata pelajaran
12.
Sudut pandang praktis
mengenai pegukuran
13.
Ilmu statistik dasar
14.
Kesehatan mental
15.
Kurikulum pendidikan
sekolah dasar
16.
Kurikulum pendidikan
sekolah menengah.
Menurut Crow & Crow secara eksplisit mengumukakan Psikologi
pendidikan sebagai ilmu terapan berusaha untuk menerangkan masalah belajar
menurut prinsip dan fakta mengenai tingkah laku manusia yang telah ditentukan
secara ilmiah adapun ruang lingkup
psikologi pendidikan antara lain :
1. Sampai sejauh mana faktor-faktor pembawaan dan
lingkungan berpengaruh terhadap belajar
2. Sifat-sifat dari proses belajar
3. hubungan antara tingakat kematangan dengan
kesiapan belajar (learning readiness)
4. Signifikansi pendidikan terhadap perbedaan-perbedaan
individual dalam kecepatan dan
keterbatasan belajar
5. perubahan-perubahan jiwa (inner changes) yang
terjadi selama proses belajar
6. Hubungan antara prosedur-prosedur mengajar
dengan hasil belajar
7. Teknik-teknik yang sangat efektif bagi
penilaian kemampuan dalam belajar
8. Pengaruh atau akibat relatif dari pendidikan
formal dibandingkan dengan pengalaman-pengalaman belajar yang insendental dan
informal terhadap suatu individu
9. Nilai atau sikap ilmiah terhadap pendidikan
bagi personil sekolah
10. Akibat
atau pengaruh psikologis (psychological impact) yang ditimbulkan oleh kondisi-kondisi sosiologis terhadap sikap
terhadap sikap para siswa
Sedangakan
menurut Good and Brophy (1977) Ruang lingkup mencakup hal sebagai berikut :
1. Hubungan antara psikologi dengan guru
2.
Manajemen kelas : Perkembangan dan sosialisasi anak kepemimpinan dan
dinamika kelompok, modelling, reward, punishment, extinction. Hasil – hasil
penelitian manajemen kelas, persiapan dan pelaksanaan pengajaran yang baik.
3.
Mengurai masalah belajar : pengertian, prinsip, perbedaan individu
dalam belajar, model dan desain belajar dan prinsip pengajaran
4.
Pertumbuhan dan perkembangan dalam pendidikan: Prinsop dalam
perkembangan fisik, kognitif, sosial dan kepribadian, kreativitas dan
aplikasinya dalam pendidikan
5.
Motivasi : Pengertian, teori dan aplikasinya dalam pendidikan
6.
Evaluasi dalam belajar : pengertian, macam, cara menyusun, prosedur
penilaian, monitoring kemajuan siswa, validiras dan realibilitas penggunaan
statistik dalam pengolahan hasil tes.
D.
Metode
yang digunakan dalam pengembangan pendidikan
Menurut H.
Carl Wrtherington, dalam bukunya “Educational Psychology” bahwa metode-metode
pokok dalam psikologi pendidikan adalah:
1.
Metode
Experimental
Istilah
eksperimen (percobaan) dalam psikologi, dapat diartikan sebagai suatu
pengamatan secara teliti terhadap gejala-gejala jiwa yang kita timbulkan dengan
sengaja. Hal ini dimaksudkan untuk menguji hipotesa pembuat eksperimen tentang
reaksi-reaksi individu atau kelompok dalam situasi tertentu atau di bawah
kondisi tertentu. Jadi, tujuan metode eksperimen adalah untuk mengetahui
sifat-sifat umum dalam gejala kejiwaan.
Misalnya
mengenai pikiran, perasaan, kemauan, ingatan, dan lain sebagainya.
(Shalahuddin,1990:23) Kelebihan metode eksperimen adalah dapat melakukan
pengontrolan secara ketat terhadap faktor-faktor/variabel-variabel yang
diperkirakan dapat “mencemari dan mengotori” hasil penelitian.
Metode ini
menggunakan suatu prosedur sistematik yang disebut sebagai eksperimental design
(rancangan eksperimen). Rancangan ini memiliki dua pengertian:
Adanya langkah-langkah sistematik
seperti langkah-langkah penelitian ilmiah:
·
Ada masalah (problem)
·
Kumpulan konsep/teori yang sesuai
problem
·
Alternatif jawaban/hipotesis
·
Di uji secara empiris sesuai dengan
data lapangan
·
kesimpulan dan generalisasi.
(Prabowo & Puspitasari dalam Gunadarma,2002:12)
Menurut Robert E. Slavin dalam buku
Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik, metode eksperimen dibagi menjadi dua,
yaitu metode eksperimen laboratorium dan eksperimen lapangan yang diacak
(Slavin,2008:21)
2.
Metode
Questionare
Metode ini
adalah suatu rangkaian pertanyaan yang berhubungan dengan topik-topik
psikologis, sosial, pendidikan, dan lain sebagainya yang ditunjukkan atau
diberikan kepada suatu kelompok individu, dengan objek untuk memperoleh
data dengan memperhatikan masalah-masalah tertentu yang kadang-kadang juga
dipakai untuk tujuan-tujuan diagnostik atau untuk menilai ciri-ciri
kepribadian.
Adapun keistimewaan metode ini
antara lain adalah:
a. Tidak
terlalu memakan biaya.
b. Bahwa dengan
metode ini, dalam waktu yang relatif singkat dapat mengumpulkan data yang
banyak.
c. Adapun
kelemahannya antara lain terletak pada kebenara jawaban yang kadang-kadang
menyangsikan. (Shalahuddin,1990:25)
3.
Metode
Klinis
Menurut James Drawer dalam kamus “The Penguin Dictionary of Psychology”,
istilah “clinic” dapat diartikan sebagai tempat diagnosa dan pengobatan
berbagai gangguan, fisik, perkembangan atau kelakuan. Dengan demikian metode
klinis ialah jenis metode dalam psikologi yang berusaha menyelidiki sejumlah
individu yang memiliki kelainan-kelainan secara teliti dan intensif serta dalam
batas waktu yang lama. (Shalahuddin,1990:25)
Ada beberapa macam cara dalam metode
klinis yang digunakan untuk menyelesaikan masalah:
-> Studi kasus klinis: digunakan
untuk menyelesaikan masalah disamping kesukaran belajar, gangguan emosional,
juga untuk masalah kenakalan remaja.
-> Studi kasus perkembangan:
digunakan untuk mengetahui bagaimana jalannya perkembangan dari satu aspek ke
aspek tertentu. Contohnya bagaimana perkembangan anak umur 6-9 tahun sehingga
kita dapat menentukan metode pengajaran matematika yang tidak menimbulkan
terlalu banyak kecemasan.
-> Cara longitudinal: Penelitian
ini dilakukan secara terus menerus dalam janga waktu tertentu pada subjek yang
sama, pada contoh di atas kita mengamati anak tersebut dalam jangka waktu 3
tahun (6-9 tahun).
-> Cara cross sectional:
Penelitian ini dilakukan dengan cara memakai sampel-sampel yang mengawakili
usia anak yang ingin diteliti (misal pada contoh di atas, kita menggunakan
sekelompok anak usia 6;00 untuk mengetahui emosi anak usia 6;00, sekolompok
anak usia 6;06 untuk mengetahui emosi anak usia 6;06, sekelompok anak usia 7;00
untuk mengetahui emosi anak usia 7;00, dan seterusnya sampai akhirnya kita
ambil sampel dari sekelompok anak usia 9;00 untuk mengetahui emosi anak usia
9;00. Dari kelompok-kelompok tersebut dapat diambil kesimpulan perkembangan
emosi setiap tingkat usia dapat disimpulkan perkembangan emosi anak usia 6;00 sampai
9;00. Prabowo & Puspitasari dalam Gunadarma,2002:10)
4.
Metode Case Study
Metode case
study atau study kasus adalah suatu catatan tentang pengalaman seseorang,
penyakit yang pernah diderita, pendidikan, lingkungan, perawatan dan pada
umumnya juga semua fakta yang relevan untuk masalah-masalah tertentu yang
tersangkut dalam suatu kasus medis atau klinik.
Metode ini
dapat berhasil dengan baik apabila observasi dan pencatatan-pencatatan
data-datanya dilakukan dengan sebaik-baiknya. Adapun yang di observasi dan
dicatat adalah data tingkah lakunya bukan interpretasi dari kelakuan tersebut.
(Shalahuddin,1990:26)
5. Metode
Introspeksi
Merupakan
metode penelitian dengan cara melakukan pengamatan ke dalam diri sendiri yaitu
dengan melihat keadaan mental pada waktu tertentu.Metode ini dipakai dan
dikembangkan dalam disiplin psikologi oleh kelompok strukturaklisme (Wilhem
Wundt).
Mereka
mendefinisikan psikologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang
pengalaman-pengalaman sadar individu. Menurut mereka introspeksi dapat dipakai
untuk mengetahui proses mental yang sedang berlangsung pada diri seseorang,
sebagaimana pikiran, perasaan, motif-motif yang ada pada dirinya pada waktu
tertentu. Disini individu mengamati proses mental, menganalisis, dan kemudian
melaporkan perasaan yang ada dalam dirinya. (Prabowo & Puspitasari dalam
Gunadarma,2002:9)
DAFTAR PUSTAKA
Admin. 2010.
Pengertian psikologi pendidikan. Tersedia pada http://www.psikologi
pendidikan _belajar psikologi. Com. Htm.
Diakses pada tanggal 29 september 2012
Abror, Rachman.
2011. Sejarah perkembangan psikologi pendidikan. Tersedia pada Http://blogspotsejarahsingakatpsikologipendidikan.
Diakses pada tanggal 29 september 2012
Hadi
rachmatullah. 2012. Metode-metode dalam psikologi pendidikan. Tersedia pada Http://metode-metode
dalam psikologi pendidikan. Htm. Diakses pada tanggal 29 september 2012
Ahmadi, H. Abu
dan Supriyono Widodo. 2012. Psikologi pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
By : Deti Fitriyani
Tidak ada komentar:
Posting Komentar